Dia berlari dari hidupnya. Setiap hari, entah mabuk hingga lelap atau tertawa penuh kebodohan. Bahkan berpindah dari satu lelaki ke lelaki lainnya.
Aku lelah. Menghabiskan uang yang aku bahkan tak punya lagi untuk melakukan hal yang bahkan aku sendiri benci.
"Mau pesan minum lagi? Atau mau makan?" tanyaku pada lelaki disampingku.
"Aku lebih memilih kita segera pergi dari sini dan menghidangkan kamu sebagai makanan penutupku." senyumnya penuh arti.
Bagaimana kalau aku menginginkan lebih dari ini? Menginginkan lebih dari hubungan aneh yang aku bahkan tak tahu apa namanya. Bagaimana kalau aku lelah terus mencari dan menjadi tidak lebih baik untuk memuaskan dan menyenangkan kalian, lelaki-lelaki busuk yang aku benci dan anehnya, lelaki-lelaki yang paling mudah kucari?
"Makan dulu ya? Kamu dan aku belum makan sejak kemarin."
"Anything you want, mi lady."
Haruskah kamu jadi lelaki yang memanggilku dengan panggilan itu? Panggilan yang kupikir akan diucapkan oleh calon suamiku kelak. Betapa aku ingin segera menyudahi ini. Aku, kamu, dan terlalu banyak orang lain yang aku bahkan tak merasa penting untuk diingat.
"Screw this, let's just go and get you what you want the most. Dessert." senyumku, tak kalah penuh arti dengan senyummu.
"I'll get us the car, then."
Namaku Sendu, perempuan yang mampu membuatmu menjadi lelaki paling bahagia. Malam itu, sekali lagi, aku menjadi yang kamu mau. Malam itu, sisa-sisa diriku mati sudah. Kamu, dan daftar panjang lelaki-lelaki lain mematikan aku. Tunggu. Aku mematikan aku. Ini bukan hampa. Aku hilang di ruang waktu tanpa batas.
Comments
Post a Comment